by Ernawaty Soepardjo on Saturday, 25 September 2010 at 06:39
Bunda masih sibuk membuka lembaran-lembaran berkas kertas yang belum sempat dibaca di dalam map. Faiz baru saja menyelesaikan sebuah karya dari mainan bongkar pasang yang digemarinya. Sembari berkata, "Bunda lihat karyaku, baguskan Bunda." Dengan bangga ia memperlihatkannya pada Bunda. Bunda yang masih sibuk menoleh sebentar ke arahnya dan tersenyum,"Bunda, kok Bunda nggak senyum." Bunda langsung mengatakan,"Nggak Bunda senyum kok," sambil memperlihatkan senyum Bunda yang terindah. Dalam hati Bunda berkata, "Maaf sayang jika barusan Bunda nggak senyum dengan tulus karena Bunda belum meninggalkan semua aktivitas di kepala dan hati Bunda ketika berhadapan dengan mu." Lain kali Bunda nggak ulangi. Bagaimana Bunda minta Mas fokus, kalau Bunda sendiri nggak fokus. Bagaimana Bunda minta Mas tersenyum tulus kalau Bunda tersenyum sembari mikir. Bagaimana Bunda minta Mas belajar menghargai orang lain, jika menghargai karyamu saja Bunda nggak sempat. Maafkan Bunda sayang. Terimakasih Bunda sudah diingatkan dengan kepolosan dan kejujuranmu minta Bunda tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar